Rabu, 24 Agustus 2016

Masalah-Masalah yang (Akan) Dihadapi Vincenzo Montella di Milan














  

Foto: Getty Images/Valerio Pennicino



     Vincenzo Montella datang ke AC Milan dengan ekspektasi menggunung. Ada masalah-masalah yang, mau tidak mau, harus ia hadapi saat menangani Milan.

     Sinisa Mihajlovic berhasil membawa AC Milan kembali ke final Coppa Italia yang terakhir kali dicapai pada 2002/2003. Final Coppa Italia adalah salah satu target yang dicanangkan Silvio Berlusconi sebagai Presiden Milan saat itu kepada Mihajlovic. Namun, puncak yang digapai Mihajlovic tersebut tetap membuat Berlusconi bergeming. Berlusconi masih tidak puas dengan hasil kinerja Mihajlovic selama hampir satu musim.

     Berlusconi menyinggung soal prestasi Mihajlovic di liga domestik, yaitu ketidakmampuannya membawa Milan menuju tiga besar klasemen Serie A 2015/2016. Alasan itu membuat Mihajlovic tersinggung dan selalu berang di setiap pertandingannya. Tapi, amarahnya tidak mampu menyelamatkan pekerjaannya di Milan. Ia tetap dipecat sebagai pelatih walau sedang membangun integritas Milan itu sendiri.

     Kemudian kesebelasan berjuluk I Rossoneri itu didapuk Christian Brocchi sebagai Pelatih sementara. Brocchi tidak bertahan sampai saat ini karena Berlusconi Vincenzo Montella sebagai pelatih selanjutnya. Milan memang sudah lama menginginkan mantan pemain dan pelatih AS Roma itu. Bahkan Eusebio Di Francesco, yang sempat dikait-kaitkan sebagai pelatih baru beberapa waktu terakhir, adalah alternatif Montella.

     Berlusconi sudah mendapatkan pelatih klub yang sesuai dengan keinginannya. Tapi, masalahnya tidak berada di situ, melainkan statuta oligarkinya di klub miliknya itu sendiri. Berlusconi selalu dikaitkan dengan isu-isu investor klubnya, terutama dalam dua tahun terkahir ini.

Dari Thailand Hingga ke China

     Seperti yang diketahui, Berlusconi adalah salah satu orang yang berpengaruh di media-media Italia. Ia mulai melontarkan isu-isu penjualan sahamnya di Milan. Pelepasan saham itu dimulai dari rasio 30 persen pada tahun lalu. Kala itu Berlusconi beralasan sedang terdesak terkait pembangunan stadion baru yang akan menghabiskan uang 320 juta euro lebih.

     Penawaran dilakukan kepada investor berbagai negara. Mulai dari Qatar, Rusia, dan China. Mulai dari perusahaan bursa saham, penerbangan, sampai minyak dan gas. Namun, keberanian justru muncul dari kawasan Asia Tenggara, ketika Bee Taechaubol menyiapkan dana 1 miliar euro. Media selalu mengabarkan jika negosiasi antara Berlusconi dengan pria yang akrab disapa Mr. Bee itu berjalan lancar.

   Kabar selalu mengatakan "kesepakatan hampir terjadi" antara Berlusconi dan Bee. Sebagai pembuktiannya, Milan cukup agresif di bursa transfer musim panas 2015. Namun di tengah perjalanan Milan musim lalu, negosiasi itu tiba-tiba berjalan tidak kondusif. Berlusconi selalu menunda kesepakatan dengan Mr. Bee. Alasannya karena Mr. Bee kesulitan mengumpulkan modal untuk membeli klubnya.




     Di kala berbelitnya situasi negosiasi antara Berlusconi dengan Mr Bee, pemodal dari China berupaya masuk mencari ruang di antara mereka. Alhasil kepastian penjualan Milan terjawab ketika Yonghong Li beserta grup investornya bersedia mengeluarkan 740 juta euro dan siap membayar utang klub sebesar 220 juta euro.

     Saat ini pun Berlusconi tidak mungkin lagi menunda-nunda pelepasan sahamnya lagi apalagi penundaan atas nama gengsi kepemilikan sebuah klub di Italia. Sebab, utang Milan dan Berlusconi semakin menggungung jika ditunda-tunda. Hal itu dihitung dari operasional klub, pendapatan tiket yang menurun, belum lagi dengan aktivitas transfer Milan di musim panas saat ini.

    Bumerang yang didapatkan Berlusconi itu dampak dari penundaan-penundaan pelepasan saham karena gengsinya, yaitu gengsi sebagai putra daerah yang berwibawa jika memiliki klub sepakbola. Dampak pemaksaan diri Berlusconi itu membuatnya mau tidak mau melepaskan sahamnya semakin besar. Buktinya, jika musim lalu Berlusconi dikabarkan hanya akan melepas 30% sahamnya, ternyata saat menjual ke Yonghong Li ia dikabarkan siap melepas 99,93% sahamnya.

Pengaruhnya Kepada Transfer Milan dan Montella

    Alotnya negosiasi pelepasan saham Berlusconi itu sangat mempengaruhi aktivitas transfer Milan saat ini. Ketika Montella datang, beberapa target transfer langsung dicanangkan. Montella menginginkan pemain-pemain berkualitas yang pernah dibesutnya. Adem Ljajic, Juan Cuadrado, Milan Badelj, dan Roberto Soriano disebutkan. Begitu juga dengan incaran-incaran lainnya seperti Marko Pjaca dan Leonardo Pavoletti.

     Tapi, karena isu pelepasan saham itulah rencana transfer Montella terabaikan. Hasilnya, Ljajic dan Pjaca sudah berlabuh ke klub lain. Bahkan Montella terancam ditinggal Carlos Bacca yang didekati klub-klub lain. Saat ini Montella pun masih berharap kepada transfer Badelj. Begitu juga dengan incarannya yang lain seperti Isco, Leandro Paredes, Mateo Kovacic, Simone Zaza, dan lainnya.

     Sejauh ini Milan baru mendatangkan Gianluca Lapadula, Gustavo Gomez, dan Leonel Vangioni. Seluruh pemain itu adalah pemain sodoran Adriano Galliani yang harus diterima Montella, walau Vangioni pernah diincar Montella ketika masih melatih Fiorentina. Tapi, Montella tidak mempermasalahkan tiga pemain baru itu karena termasuk ke dalam kriterianya. Montella sendiri mengaku tidak masalah dengan skuat Milan sejauh ini.

     Montella sendiri memiliki tiga varian formasi dasar, yaitu 4-2-3-1, 4-3-3, dan 3-4-2-1. Montella akan menyesuaikan skuat saat ini dengan salah satu formasinya itu. Sebab skuat yang dimiliki sekarang bisa masuk ke dalam tiga formasinya tersebut.



Tapi, masalahnya adalah Berlusconi agak kurang setuju dengan pelatih yang gemar mengubah-ubah taktiknya, seperti yang dilakukan Sinisa Mihajlovic pada musim lalu. Kendati Berlusconi sudah pasti melepaskan sahamnya, tapi ia baru akan meresmikannya pada November mendatang. Maka, mau tidak mau telinga Montella harus sabar mendengarkan segala kritik yang dilontarkan Berlusconi sebelum meninggalkan jabatannya.

Maklum karena kemungkinan ia akan habis-habisan berkoar di sisa waktu jabatannya sebagai Presiden Milan. Sebab, seperti yang diketahui, Berlusconi selalu menginginkan prestasi instan. Tidak tanggung-tanggung, Montella ditargetkan hal yang sama seperti Mihajlovic dengan skuat saat ini. Apalagi skuat saat ini adalah integritas yang sudah dibangun Mihajlovic.

Jangka waktu Montella juga belum dihitung dengan labilnya keputusan Berluconi. Seperti pada tahun lalu, ia mewacanakan Milan akan dijual, tapi beberapa hari kemudian ia bisa mati-matian mempertahankan gengsinya di kursi kepresidenan. Tapi melepaskan saham Milan adalah pilihan yang terbaik bagi klubnya saat ini.

Konflik yang Dikhawatirkan dari Pemilik Baru

Pemilik baru Milan langsung disuguhi pekerjaan rumah yang sangat banyak di klubnya itu. Mereka harus menuntaskan utang Milan seperti yang disepakati pada negosiasi pelepasan saham. Pemilik baru juga harus mencari solusi tentang rencana stadion baru Milan yang sempat batal. Hal itu belum termasuk dengan dana transfer serta visi-misi mengembalikan kejayaan Milan.

Dan yang paling dikhawatirkan adalah soal rencana jangka panjang Milan di tangan Montella. Alasan Berlusconi menunjuk Montella bukan hanya sebagai pelatih yang diincar sejak dahulu, melainkan untuk jangka panjang dengan target yang instan. Tapi, Montella bisa saja bukanlah pelatih yang diinginkan para investor dari China tersebut.

Bukan tidak mungkin jika Montella bisa dicopot dari pekerjaannya jika tidak mencapai target musim ini atau karena tidak puas dengan pergerakan dan perkembangan yang dilakukannya sejauh ini. Hal itu sudah terjadi di Internazionale Milan sebagai klub rival satu kotanya ketika investor dari China datang dan berkonflik dengan Roberto Mancini. Alhasil, Mancini dipecat karena beberapa kritikannya. Di sisi lain ada kecurigaan bahwa Mancini bukan pelatih yang diidam-idamkan mereka.


 Sebetulnya, hal yang perlu diperhatikan para pemilik baru Milan adalah bercermin dari kepemimpinan Berlusconi. Yaitu kesabaran untuk membangun skuat jangka panjang Milan. Seperti yang pernah dikatakan Mancini bahwa di Italia, perlu tiga sampai empat tahun untuk menjadikan skuat itu bisa kembali berbicara di liga domestik. Contohnya saja Juventus yang perlu kurun waktu tersebut setelah tersungkur ke Serie B, kemudian bangkit merajai Serie A bahkan memiliki kans untuk merengkuh gelar Liga Champions Eropa musim ini.

Jika tidak ingin disamakan dengan tetangganya, Inter, apalagi sesama investor dari Tiongkok, maka pemilik Milan yang baru harus bersabar. Jangan sampai investasi jangka panjang Milan kembali gagal terlaksana sehingga membuat Milan kembali tertinggal. Apalagi pertarungan antara pengusaha Tiongkok selalu melahirkan persaingan tertentu. Perlu diingat bahwa persaingan Milan bukan hanya menghadapi Inter, melainkan seluruh seantero Serie A.




*penulis juga menulis dan menjadi bagian dari situs @Pandifootball, beredar di dunia maya dengan akun @Randynteng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar