Foto: Getty Images/Valerio Pennicino
Vincenzo Montella datang ke AC Milan dengan ekspektasi menggunung. Ada
masalah-masalah yang, mau tidak mau, harus ia hadapi saat menangani
Milan.
Sinisa Mihajlovic berhasil membawa AC Milan kembali ke
final Coppa Italia yang terakhir kali dicapai pada 2002/2003. Final
Coppa Italia adalah salah satu target yang dicanangkan Silvio Berlusconi
sebagai Presiden Milan saat itu kepada Mihajlovic. Namun, puncak yang
digapai Mihajlovic tersebut tetap membuat Berlusconi bergeming.
Berlusconi masih tidak puas dengan hasil kinerja Mihajlovic selama
hampir satu musim.
Berlusconi menyinggung soal prestasi
Mihajlovic di liga domestik, yaitu ketidakmampuannya membawa Milan
menuju tiga besar klasemen Serie A 2015/2016. Alasan itu membuat
Mihajlovic tersinggung dan selalu berang di setiap pertandingannya.
Tapi, amarahnya tidak mampu menyelamatkan pekerjaannya di Milan. Ia
tetap dipecat sebagai pelatih walau sedang membangun integritas Milan
itu sendiri.
Kemudian kesebelasan berjuluk I Rossoneri
itu didapuk Christian Brocchi sebagai Pelatih sementara. Brocchi tidak
bertahan sampai saat ini karena Berlusconi Vincenzo Montella sebagai
pelatih selanjutnya. Milan memang sudah lama menginginkan mantan pemain
dan pelatih AS Roma itu. Bahkan Eusebio Di Francesco, yang sempat
dikait-kaitkan sebagai pelatih baru beberapa waktu terakhir, adalah
alternatif Montella.
Berlusconi sudah mendapatkan pelatih klub
yang sesuai dengan keinginannya. Tapi, masalahnya tidak berada di situ,
melainkan statuta oligarkinya di klub miliknya itu sendiri. Berlusconi
selalu dikaitkan dengan isu-isu investor klubnya, terutama dalam dua
tahun terkahir ini.
Dari Thailand Hingga ke China
Seperti
yang diketahui, Berlusconi adalah salah satu orang yang berpengaruh di
media-media Italia. Ia mulai melontarkan isu-isu penjualan sahamnya di
Milan. Pelepasan saham itu dimulai dari rasio 30 persen pada tahun lalu.
Kala itu Berlusconi beralasan sedang terdesak terkait pembangunan
stadion baru yang akan menghabiskan uang 320 juta euro lebih.
Penawaran
dilakukan kepada investor berbagai negara. Mulai dari Qatar, Rusia, dan
China. Mulai dari perusahaan bursa saham, penerbangan, sampai minyak
dan gas. Namun, keberanian justru muncul dari kawasan Asia Tenggara,
ketika Bee Taechaubol menyiapkan dana 1 miliar euro. Media selalu
mengabarkan jika negosiasi antara Berlusconi dengan pria yang akrab
disapa Mr. Bee itu berjalan lancar.
Kabar selalu mengatakan
"kesepakatan hampir terjadi" antara Berlusconi dan Bee. Sebagai
pembuktiannya, Milan cukup agresif di bursa transfer musim panas 2015.
Namun di tengah perjalanan Milan musim lalu, negosiasi itu tiba-tiba
berjalan tidak kondusif. Berlusconi selalu menunda kesepakatan dengan
Mr. Bee. Alasannya karena Mr. Bee kesulitan mengumpulkan modal untuk
membeli klubnya.
Di kala berbelitnya situasi negosiasi antara Berlusconi dengan Mr Bee,
pemodal dari China berupaya masuk mencari ruang di antara mereka.
Alhasil kepastian penjualan Milan terjawab ketika Yonghong Li beserta
grup investornya bersedia mengeluarkan 740 juta euro dan siap membayar
utang klub sebesar 220 juta euro.
Saat ini pun Berlusconi tidak
mungkin lagi menunda-nunda pelepasan sahamnya lagi apalagi penundaan
atas nama gengsi kepemilikan sebuah klub di Italia. Sebab, utang Milan
dan Berlusconi semakin menggungung jika ditunda-tunda. Hal itu dihitung
dari operasional klub, pendapatan tiket yang menurun, belum lagi dengan
aktivitas transfer Milan di musim panas saat ini.
Bumerang yang
didapatkan Berlusconi itu dampak dari penundaan-penundaan pelepasan
saham karena gengsinya, yaitu gengsi sebagai putra daerah yang berwibawa
jika memiliki klub sepakbola. Dampak pemaksaan diri Berlusconi itu
membuatnya mau tidak mau melepaskan sahamnya semakin besar. Buktinya,
jika musim lalu Berlusconi dikabarkan hanya akan melepas 30% sahamnya,
ternyata saat menjual ke Yonghong Li ia dikabarkan siap melepas 99,93%
sahamnya.
Pengaruhnya Kepada Transfer Milan dan Montella
Alotnya
negosiasi pelepasan saham Berlusconi itu sangat mempengaruhi aktivitas
transfer Milan saat ini. Ketika Montella datang, beberapa target
transfer langsung dicanangkan. Montella menginginkan pemain-pemain
berkualitas yang pernah dibesutnya. Adem Ljajic, Juan Cuadrado, Milan
Badelj, dan Roberto Soriano disebutkan. Begitu juga dengan
incaran-incaran lainnya seperti Marko Pjaca dan Leonardo Pavoletti.
Tapi,
karena isu pelepasan saham itulah rencana transfer Montella terabaikan.
Hasilnya, Ljajic dan Pjaca sudah berlabuh ke klub lain. Bahkan Montella
terancam ditinggal Carlos Bacca yang didekati klub-klub lain. Saat ini
Montella pun masih berharap kepada transfer Badelj. Begitu juga dengan
incarannya yang lain seperti Isco, Leandro Paredes, Mateo Kovacic,
Simone Zaza, dan lainnya.
Sejauh ini Milan baru mendatangkan
Gianluca Lapadula, Gustavo Gomez, dan Leonel Vangioni. Seluruh pemain
itu adalah pemain sodoran Adriano Galliani yang harus diterima Montella,
walau Vangioni pernah diincar Montella ketika masih melatih Fiorentina.
Tapi, Montella tidak mempermasalahkan tiga pemain baru itu karena
termasuk ke dalam kriterianya. Montella sendiri mengaku tidak masalah
dengan skuat Milan sejauh ini.
Montella sendiri memiliki tiga
varian formasi dasar, yaitu 4-2-3-1, 4-3-3, dan 3-4-2-1. Montella akan
menyesuaikan skuat saat ini dengan salah satu formasinya itu. Sebab
skuat yang dimiliki sekarang bisa masuk ke dalam tiga formasinya
tersebut.
Tapi, masalahnya adalah Berlusconi agak kurang setuju dengan pelatih
yang gemar mengubah-ubah taktiknya, seperti yang dilakukan Sinisa
Mihajlovic pada musim lalu. Kendati Berlusconi sudah pasti melepaskan
sahamnya, tapi ia baru akan meresmikannya pada November mendatang. Maka,
mau tidak mau telinga Montella harus sabar mendengarkan segala kritik
yang dilontarkan Berlusconi sebelum meninggalkan jabatannya.
Maklum
karena kemungkinan ia akan habis-habisan berkoar di sisa waktu
jabatannya sebagai Presiden Milan. Sebab, seperti yang diketahui,
Berlusconi selalu menginginkan prestasi instan. Tidak tanggung-tanggung,
Montella ditargetkan hal yang sama seperti Mihajlovic dengan skuat saat
ini. Apalagi skuat saat ini adalah integritas yang sudah dibangun
Mihajlovic.
Jangka waktu Montella juga belum dihitung dengan
labilnya keputusan Berluconi. Seperti pada tahun lalu, ia mewacanakan
Milan akan dijual, tapi beberapa hari kemudian ia bisa mati-matian
mempertahankan gengsinya di kursi kepresidenan. Tapi melepaskan saham
Milan adalah pilihan yang terbaik bagi klubnya saat ini.
Konflik yang Dikhawatirkan dari Pemilik Baru
Pemilik
baru Milan langsung disuguhi pekerjaan rumah yang sangat banyak di
klubnya itu. Mereka harus menuntaskan utang Milan seperti yang
disepakati pada negosiasi pelepasan saham. Pemilik baru juga harus
mencari solusi tentang rencana stadion baru Milan yang sempat batal. Hal
itu belum termasuk dengan dana transfer serta visi-misi mengembalikan
kejayaan Milan.
Dan yang paling dikhawatirkan adalah soal rencana
jangka panjang Milan di tangan Montella. Alasan Berlusconi menunjuk
Montella bukan hanya sebagai pelatih yang diincar sejak dahulu,
melainkan untuk jangka panjang dengan target yang instan. Tapi, Montella
bisa saja bukanlah pelatih yang diinginkan para investor dari China
tersebut.
Bukan tidak mungkin jika Montella bisa dicopot dari
pekerjaannya jika tidak mencapai target musim ini atau karena tidak puas
dengan pergerakan dan perkembangan yang dilakukannya sejauh ini. Hal
itu sudah terjadi di Internazionale Milan sebagai klub rival satu
kotanya ketika investor dari China datang dan berkonflik dengan Roberto
Mancini. Alhasil, Mancini dipecat karena beberapa kritikannya. Di sisi
lain ada kecurigaan bahwa Mancini bukan pelatih yang diidam-idamkan
mereka.
Sebetulnya, hal yang perlu diperhatikan para pemilik baru Milan adalah
bercermin dari kepemimpinan Berlusconi. Yaitu kesabaran untuk membangun
skuat jangka panjang Milan. Seperti yang pernah dikatakan Mancini bahwa
di Italia, perlu tiga sampai empat tahun untuk menjadikan skuat itu bisa
kembali berbicara di liga domestik. Contohnya saja Juventus yang perlu
kurun waktu tersebut setelah tersungkur ke Serie B, kemudian bangkit
merajai Serie A bahkan memiliki kans untuk merengkuh gelar Liga
Champions Eropa musim ini.
Jika tidak ingin disamakan dengan
tetangganya, Inter, apalagi sesama investor dari Tiongkok, maka pemilik
Milan yang baru harus bersabar. Jangan sampai investasi jangka panjang
Milan kembali gagal terlaksana sehingga membuat Milan kembali
tertinggal. Apalagi pertarungan antara pengusaha Tiongkok selalu
melahirkan persaingan tertentu. Perlu diingat bahwa persaingan Milan
bukan hanya menghadapi Inter, melainkan seluruh seantero Serie A.
*penulis juga menulis dan menjadi bagian dari situs @Pandifootball, beredar di dunia maya dengan akun @Randynteng.